Kegiatan diskusi santai dengan Ketua IAP Provinsi Jawa Tengah telah diselenggarakan pada Sabtu, 19 Februari 2022 dengan diikuti oleh 19 peserta secara offline dan 54 peserta secara virtual melalui zoom meeting dengan moderator Ibu Dr. Retno Susanti,S.T., M.T. yang memandu jalannya acara dengan narasumber Bapak Dr. Agung Pangarso, S.T., M.T. Dalam kegiatan diskusi santai dengan ketua IAP Jawa Tengah ini terdapat pemaparan informasi perjalanan karier narasumber serta organisasi IAP Selain itu juga terdapat sesi tanya jawab yang dipergunakan untuk diskusi sehingga peserta memperoleh informasi-informasi baru yang menambah wawasan para peserta.

Pada awal acara Dr. Agung Pangarso memaparkan tentang profil pendidikannya. Dia menekuni S1 di jurusan PWK Universitas Diponegoro pada tahun 1995-2001. Kemudian dilanjut dengan S2 MPWK Universitas Diponegoro menggunakan bantuan beasiswa PU pada tahun 2007-2010. Lalu, dilanjut dengan S3 Ilmu Geografi di UGM menggunakan beasiswa LPDP pada tahun 2013-2019. Setelah pemaparan profil dilanjutkan dengan pemaparan pengalamannya mengenai berapa lama waktu tunggu para lulusan Universitas Diponegoro memperoleh pekerjaan untuk pertama kali dihitung sejak kelulusan. Beliau juga menjelaskan tempat bekerja yang paling banyak diminati dengan Instansi pemerintah sebanyak 52,1%, Swasta 19,2%, dan Lainnya sebanyak 20,5%. Para lulusan PWK terhitung sebanyak 83,6% memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan bidang keilmuan PWK. Dari pemaparan minat lulusan PWK bekerja dibidangnya Dr. Agung Pangarso mengatakan bahwa menjadi seorang perencana adalah tentang kolaborasi. Kebanyakan waktu yang dihabiskan oleh seorang perencana adalah untuk bekerja sama dengan yang lainnya untuk menyelesaikan proyek yang sedang mereka kerjakan.Setelah itu peserta diajak untuk mengetahui skills yang harus dimiliki seorang Planner skills yang dimaksud yaitu:

  1. Pengetahuan tentang struktur spasial perkotaan atau desain fisik dan cara kerja kota.
  2. Kemampuan untuk menganalisis informasi demografis untuk membedakan tren populasi, pekerjaan, dan kesehatan.
  3. Penguasaan teknik untuk melibatkan berbagai orang dalam membuat keputusan.
  4. Memahami dampak sosial dan lingkungan dari keputusan perencanaan pada masyarakat.
  5. Kemampuan untuk bekerja dengan publik dan mengartikulasikan masalah perencanaan untuk berbagai khalayak.

Pemaparan mengenai ke PWK an selesai dan dilanjutkan membahas mengenai organisasi IAP dimana Bapak Dr. Agung Pangarso, S.T., M.T. selaku ketua menjelaskan IAP adalah wadah perhimpunan ahli perencanaan wilayah dan kota di Indonesia. Didirikan pada tahun 1971, beranggotakan ± 3.000 perencana wilayah dan kota, dengan ± 2.000 diantaranya bersertifikat LPJKN. Terbentuk 26 kepengurusan provinsi. IAP juga termasuk Lembaga Sertifikasi Profesi yang independen dan terakreditasi penuh dari Badan Sertifikasi Nasional (Juni 2016). Anggota International Society of City and Regional Planners (ISOCARP). Kemudian organisasi IAP sendiri memiliki peran sebagai:

  1. Standarisasi kompetensi perencana – sertifikasi ahli PWK;
  2. Continuous professional development – diskusi, pelatihan;
  3. Advokasi kebijakan;
  4. Pembinaan perencana muda;
  5. Knowledge management – penerbitan manual, buku, bulletin.

id_IDID